Dalam beberapa dekade terakhir, hubungan pttogel antara Thailand dan Kamboja sering kali diwarnai ketegangan, terutama terkait sengketa wilayah perbatasan. Meskipun kedua negara memiliki sejarah dan budaya yang saling terhubung, perselisihan mengenai kuil Preah Vihear dan wilayah sekitarnya kerap memicu konflik militer. Dalam beberapa minggu terakhir, muncul kembali kekhawatiran internasional setelah terjadi insiden baku tembak ringan di sepanjang perbatasan. Namun, kedua pemerintah akhirnya sepakat untuk melakukan gencatan senjata sementara.
Pertanyaannya kini: Akankah gencatan senjata ini bertahan lama?
Akar Permasalahan: Sengketa Wilayah dan Nasionalisme
Salah satu penyebab utama ketegangan Thailand-Kamboja adalah sengketa atas wilayah sekitar Kuil Preah Vihear, sebuah situs warisan dunia UNESCO yang terletak di perbatasan kedua negara. Pada 1962, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa kuil tersebut berada di dalam wilayah Kamboja. Namun, kawasan di sekelilingnya, terutama area seluas 4,6 km², masih menjadi titik konflik.
Nasionalisme di kedua negara membuat isu ini menjadi sangat sensitif. Di Thailand, tekanan dari kelompok politik dalam negeri kadang-kadang digunakan untuk membangkitkan sentimen anti-Kamboja. Begitu pula di Kamboja, isu kedaulatan atas Preah Vihear sering dijadikan simbol perjuangan nasional.
baca juga: tebak-tebakan-seru-untuk-mengasah-otak-bisa-jawab-semua-di-bawah-120-detik
Isi Kesepakatan Gencatan Senjata
Gencatan senjata terbaru diumumkan oleh perwakilan militer dari kedua belah pihak, dengan dukungan diplomatik dari ASEAN dan pengawasan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Beberapa poin penting dalam kesepakatan tersebut meliputi:
-
Penarikan pasukan dari titik-titik rawan konfrontasi.
-
Pembentukan zona demiliterisasi sepanjang beberapa kilometer di sekitar wilayah sengketa.
-
Penugasan tim pemantau gabungan dari ASEAN.
-
Komitmen untuk menyelesaikan sengketa melalui jalur diplomatik dan hukum internasional.
Tantangan Dalam Menjaga Gencatan Senjata
Meski kesepakatan ini merupakan langkah positif, mempertahankan gencatan senjata bukanlah perkara mudah. Beberapa faktor yang dapat menggagalkannya antara lain:
-
Ketidakpercayaan Historis
Kedua negara telah mengalami konflik selama bertahun-tahun. Ketidakpercayaan mendalam di antara militer dan rakyat membuat proses perdamaian membutuhkan waktu dan komitmen jangka panjang. -
Tekanan Politik Dalam Negeri
Pemimpin dari kedua negara bisa saja menghadapi tekanan politik domestik yang mendorong sikap keras terhadap negara tetangga. Dalam tahun-tahun politik atau pemilu, isu perbatasan bisa dimanipulasi untuk menarik dukungan nasionalis. -
Kurangnya Mekanisme Pemantauan yang Kuat
Tanpa pengawasan ketat dari pihak ketiga seperti ASEAN atau PBB, pelanggaran gencatan senjata bisa saja terjadi dan memicu ketegangan ulang.
Optimisme dan Harapan Perdamaian
Meskipun banyak tantangan, ada alasan untuk optimis. Dalam beberapa tahun terakhir, kerja sama ekonomi dan budaya antara Thailand dan Kamboja meningkat. Arus perdagangan, pertukaran pelajar, dan pariwisata menjadi jembatan untuk menciptakan hubungan yang lebih erat.
Selain itu, peran ASEAN dalam mediasi dan diplomasi regional semakin kuat. ASEAN mendorong solusi damai dan mengedepankan dialog dalam menyelesaikan sengketa antar anggotanya. Dengan keterlibatan lebih aktif dari organisasi regional ini, ada harapan bahwa konflik dapat dikelola lebih efektif.
Kesimpulan: Perlu Kerja Sama dan Kesabaran
Apakah gencatan senjata Thailand-Kamboja akan bertahan lama? Jawabannya tergantung pada komitmen politik, kepercayaan antar pihak, dan pengawasan internasional yang konsisten. Selama kedua negara dapat menahan diri dari provokasi dan mengutamakan solusi damai, perdamaian jangka panjang bukanlah hal yang mustahil.
Namun, jalan menuju perdamaian abadi tidak akan mudah. Dibutuhkan diplomasi cerdas, komunikasi terbuka, dan kesadaran bahwa perang hanya akan membawa penderitaan bagi kedua belah pihak. Harapan tetap ada, selama ada niat baik dan langkah nyata ke arah penyelesaian damai.
sumber artikel: sumbercerita.id